Aku diam sejenak. Otak yang dungu ini mula berfungsi dan memikirkan sesuatu. "Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain". Jadi, apa yang aku buat ini adalah jalan bagiku untuk menjadi manusia yang bermanfaaat. Tetapi, kenapa aku harus mengeluh? Lantas benak otak ini semakin kembali kepada landasan. Bukankah nikmat Allah itu sangat besar. Buktinya sampai sekarang aku masih hidup, walaupun lapar tetapi tidak kebulur, walaupun sakit tetapi masih wal-alfiat, dan aku masih lagi dapat memcurah manfaat untuk mereka disekeliling. Jasad masih terbaring tetapi jiwaku mula bangkit. Kewarasan mula timbul dalam diriku.
Aku masih jelingan bayanganku. Aku masih mencari tanda soal yang selama ini menjadi hantu. Aku cuba uraikan. Penghargaan. Ya, penghargaan! Mungkin itu yang sering menjadi penyebab aku berkeluh kesah. Ketika apa yang aku lakukan tidak mendapatkan penghargaan yang sesuai, diri kembali lemah dan mengeluh. Ketika realiti tidaklah sesuai dengan harapan. Padahal, aku sedar penghargaan yang paling penting itu dari Rabb-ku, bukan dari manusia.
“ Banyak orang yang mengingatkan 'saya'; kamu sedang dimanfaatkan oleh orang itu. Lalu 'saya' menjawab; biarlah 'saya' dimanfaatkan. Manfaatkanlah 'saya'. Silakan saja, selama 'saya' mampu untuk melakukannya.”
Terhenyuh, sentap hati ini saat mendengar
penuturan itu. Manfaatkanlah saya. Lansung tidak marah
saat orang-orang memanfaatkannya untuk sebuah kepentingan yang sama
sekali tidak menguntungkan dia. Tidak marah jika tidak ada
penghargaan yang ia dapatkan ketika telah melakukan sesuatu yang
berharga. Baginya, bermanfaat bagi orang lain adalah sebuah penghargaan
yang besar. Itu adalah tandanya bersyukur atas nikmat Ilahi. Suatu hari
nanti, ketika nikmat-Nya dicabut dari tubuh dan tidak ada hal yang bisa
kita lakukan agar bermanfaat untuk sesama, maka penyesalanlah yang
timbul. Jadi, selama mampu, selama bisa, lakukanlah.
Sedangkan aku? Ilmu yang aku miliki pasti sangat
bermanfaat untuk orang lain. Pertanyaanku dapat menegakkan diagnosa
penyakit ini. Mungkin tulisan tanganku
dapat memberikan ubat untuk yang sakit. Lantas, apa perlu aku kesah kelu lagi ?